Aku
tak tau apakah ini cinta atau bukan, namun satu tahun sudah aku menyukainya.
Tak bisa dipungkiri satu tahun bukan waktu yang singkat. Banyak hal yang aku
terima darinya, terlebih rasa kecewa. Sering kali aku berdoa pada Tuhan untuk lupakan
dia, tapi percuma rasa itu tetap ada.
Aku
mengenal dia dari teman satu kelasku, Dia anak Fakultas pertanian. Awalnya aku
hanya melihat dia berbicara dengan temanku, dari situlah aku mulai munyakainya
(mungkin cinta pada pandangan pertama). Gayanya yang cuek dan cool buat aku
semakin mengagumi sosoknya.
Suatu
hari dia ngomong sama aku, “Kay, cariin aku cewek!” (bisa dibanyangkan perasaan
aku pada saat itu), aku mencoba tegar dan kuat meskipun rasanya benar-benar
kecewa. Aku kenalin dia sama temen deketku. Sebenernya temenku tidak setuju
dengan keinginanku, “Gila lo, kalo suka ngapain nyodorin gue”. Pikiran gue
hanya satu buat dia seneng walaupun bukan sama aku. Alasan itu di terima oleh
temen deketku.
Aku
pikir setelah mengenalkan dia sama temen deket, bakal bikin kami deket paling
tidak sebagai sahabat atau hanya sekedar temen baik. Nyatanya tidak, semakin
hari dia semakin jauh. Aku tidak bisa memaksakan dia untuk dekat denganku jadi
aku hanya bisa diam dalam luka. Kemudian aku sempet balikan ama mantan, bukan
CLBK seperti yang orang bialang, melainkan aku hanya ingin melupakan dia lewat
mantanku. Semua harapan sirna, aku masih saja memikirkan dia sampai akhirnya
aku putus.
Rasa
sayang mungkin tidak ada batasnya, tapi bagaimana jika rasa sayang kita itu
dibalas dengan kekecewaan? Jawabannya jelas berbeda-beda, tergantung orang yang
merasakannya. Aku sempet mencari tau tentang dia lewat temen deketku, “Gimana?
Lancar gak hubungan kalian?” tanyaku penasaran.
“Gimana
mau lancar, dia aja gak pernah hubungi gue” Dalam hati aku bingung, dia minta
kenalin cewek tapi kok enggak pernah menghubungi. “mungkin Cuma alasan dia aja
minta kenalin cewek sama lo” sambung temen deketku lagi.
Jujur aku sempet GR (gede rasa) mendengar itu.
Tapi aku kembali sadar, kalo emang dia ada filling sama aku dia enggak
mungkin jauh kayak gini.
*****
Sejak
kejadian temenku bilang dia enggak pernah menghubungi, aku belajar untuk
melupakan dia meskipun aku masih menyukai bahkan menyayanginya. Tapi usahaku
kembali gagal, sepertinya rasa rindu membunuh niat melupakan dia. Aku sms dia
tapi pakai Send All, biar kesannya enggak khusus (walaupun sebenernya emang
khusus buat dia, hhehe..). Kali ini aku sangat bahagia, soalnya dia bales
dengan gaya perhatian.
Aku
curhat sama sahabatku tentang dia, bukannya didukung justru dimarahin dengan
alasan bodoh menyukai orang yang jelas-jelas enggak peduli. Memang setiap aku
curhat sama orang yang bisa dipercaya, rata-rata pada nyuruh lupain dia, “Lo
pasti dapet yang lebih baik darinya” selalu itu akhir yang akan aku dengar.
Padahal jelas mereka tau, aku sudah berapa kali mencoba untuk melupakan dan
mehilangkan rasa tentangnya, tapi apa
hasilnya? Aku selalu gagal.
Seandainya
mereka sadar aku juga tidak menginginkan
hal ini. Kalo aku bisa memilih, aku lebih memilih menyukain dan menyayangi
orang yang bisa menerima aku apa adanya. Tapi inilah kenyataan yang harus aku
terima kerena aku sudah terlanjur sayang.
Kelebihan buku
BalasHapus