Translate

Jumat, Maret 29

SAYANG KAJUT, "THE WAY HOME"






Aku suka banget nonton film korea. Awalnya aku suka dari film "Andles love". Kalo gak salah aku SMP berlanjut Full House dan sampai saat ini. 
Singkat cerita, sangking fanatiknya aku sama film korea, temen aku yang punya vidio di leptop aku COPAS (Copy Paste). Awalnya aku belum suka sama film The Way Home ini, tapi gak tau kenapa air mataku menetes. Rasanya mengingatkanku pada sosok kajut (nenek). Aku merindukan raut wajahnya, senyum manisnya, semangatnya.
Jalan film ini, diawali dari Sang Woo, anak laki-laki berumur kira-kira 6 atau 7 tahun, yang hidup bersama ibunya. Setting pertama dimulai di dalam bus, ketika itu Ibu Sang Woo ingin menitipkannya ke nenek (dari ibu) yang bertempat tinggal di desa pelosok di pinggiran Korea, dengan maksud supaya mempermudah ibunya mendapat pekerjaan. Sang Woo dititipkan beberapa hari, dan akan dijemput jika ibunya sudah mendapat pekerjaan. Nenek Sang Woo berusia 70an tahun dengan keadaan bisu dan tuli. Sepanjang film, hanya ekspresi seorang nenek yang sabar menghadapi si anak bandel itu. 
Nah, masalah berawal ketika Sang Woo dititipkan di rumah neneknya yang tidak ada listrik, maupun air. Benar-benar dalam kondisi yang sangat sederhana mungkin lebih pada pas-pasan. Rumah beralaskan tanah, berdinding batu dan bambu. (Sangat miris melihatnya)
Berlanjut pada batrai mainan game watch Sang Woo yang habis, mengamuk neneknya untuk minta uang supaya dibelikan batre, tapi nenek gak punya uang. Sang Woo diam-diam mengambil konde diatas kepala nenek dan berniat menukarnya dengan batrai. Akhirnya Sang Woo pergi sampai kesasar saat mencari penjual batre. 

Ketika lapar, neneknya menawarkan makanan dan Sang Woo meminta kentucky (ayan goreng). Sambil menunjukkan gambarnya. Sang nenek, kemudian menjual simpanan hartanya untuk membeli seekor ayam hidup, kemudian memasakkannya menjadi ayam rebus (sang nenek salah persepsi, lagian si nenek gak punya minyak goreng). Namun Sang Woo tidak mau makan, malah menangis dan mengamuk. #aku meneteskan air mata melihatnya

Banyak bagian di film The Way Home ini, yang menunjukkan Sang Woo berkali-kali usil. Termasuk, saat dia bertemu dengan anak gadis, tetangganya, dia meminta neneknya untuk memotong rambutnya supaya keren. Kemudian memakai baju paling bagus, dan membawa hadiah. Namun, apa yang terjadi adalah sang nenek memotong rambut kependekan. Sang Woo ngamuk lagi. #bagian ini, aku tertawa, abis lucu lihat bentuk potongan rambutnya.

Sebenarnya di balik ketangguhan dan keusilannya (nakalnya) Sang Woo adalah anak yang baik tetapi dia hanya malu dan sulit untuk mengungkapkan secara langsung. Telihat jelas ketika nenek sakit. Sang Woo merawatnya dengan baik, ala anak kecil. kemudian sedih melihat nenek berjualan di pasar. Nenek menawarkan dagangannya pada beberapa orang dan belum ada yang mau membeli.
Kalo ditanya, saat nonton The Way Home, apa yang kamu rasakan? Asli campur aduk. ada sedihnya, ada lucunyanya, dan ada marahnya. Termasuk ketika Sang Woo dikejar sapi gila, jatuh gara-gara menaiki trolleynya di bukit.

Dan di akhir cerita, saat Sang Woo dijemput oleh ibunya kembali, Sang Woo meminta maaf dengan bahasa isyarat, membuatkan kartu pos yang digambarnya sendiri dan ditulis alamatnya sehingga bila Neneknya sakit, atau Neneknya kangen bisa mengirimkan kartu pos itu ke Sang Woo. #air mata kembali menetes lagi

Film berdurasi 85 menit ini bener-bener layak banget ditonton deh, pemilihan tokoh yang pas dengan karakternya semakin memperkuat pesan yang ingin disampaikan. Si nenek yang bungkuk, berjalan dengan lambat, cocok dengan karakternya yang penyabar. Bagi para penikmat film Korea yang lepas dari cinta-cintaan, The Way Home (Jibeuro) ini layak menjadi alternatif pilihan. Dijamin bikin kamu merindukan sosok nenek. Apalagi yang kayak aku, yang gak akan pernah bisa merasakan dan menatap raut seorang nenek.

Kajutku (nenek) meninggal ketika aku SMP kelas 1 (usia 11 tahun). Saat itu tidak banyak hal yang bisa aku perbuat karena usiaku dan caraku masih seperti anak kecil, lebih kurang sama halnya dengan Sang Woo nakalnya aku. Tapi usia dan cara berpikir seseorangpun berubah berjalannya waktu. Saat ini usiaku 19 tahun. Berarti kurang lebih 8 tahun setelah kepergian kajut, aku baru menyadari tidak banyak hal yang baik yang bisa aku lakukan sabagai cucu. Tapi aku percaya dan selalu berdoa agar kajut bahagia dan masuk dalam surgaNya.

Buat kalian yang masih bahkan saat ini tinggal bersama nenek, jangan sia-siakan waktumu. Sayangilah dia, karena tanpa dia kaupun tak ada. Kau lahir dari rahim anaknya atau menantunya yang artinya kau adalah bagian dari hidupnya dan sebaliknya dia pun bagian dari hidupmu. Dan bagi kalian yang berniat menonton, silakan di jamin tidak menyesal justru mendapatkan pelajaran baru dari kisah seorang nenek dan cucu. :)
SELAMAT MENONTON