Translate

Selasa, Desember 2

Part 1

        Haii... sahabatku!
       Lama tak berbagi denganmu. Buka tak ingin melainkan aku lama tak bisa membukamu. Untungnya aku tak bosan mencoba dan alhasil aku bisa membukamu kembali. #bahagianya. Kau tau kan? aku sangat sulit untuk bercerita pada orang lain mungkin sangat sulit untuk aku percaya. Aku memang memliki teman baik tapi apakah dia sudah tepat untuk dikatakan sahabat? entahlah. Aku hanya tak ingin berharap dan bergantung pada mereka meskipun tanpa aku sadari mungkin aku sudah bergatung.
        Bdw, aku ingin menceritakan sesuatu yang menghantui pikiranku selama beberapa bulan terakhir. Bingung dari mana aku memulai cerita! Aku menyukai seseorang mungkin lebih dari sekedar rasa suka. Bagaimana bisa? kapan semua itu terjadi? Aku pun tidak tau jelasnya. Yang aku tau, saat pertama kali aku berjumpa, aku ingin dekat dengannya. Aku ingin menjadi temannya. Aku tidak sadar bahwa keinginanku hanyalah semu. Aku tau, dia cuek, pendiam bahkan dapat dikatakan dia memiliki dunia sendiri. Tapi terlepas dari itu semua aku merasa nyaman.
        Kami satu rumah selama 43 hari dan selama itu tidak ada momentum dimana aku bisa berteman dengannya. Dia selalu bersikap kasar dan tak jarang dia membentakku dengan keras. Tidak jauh berbeda dengannya, aku melakukan hal yang sama. Jujur aku melakukan hal itu bukan karena aku membencinya. Aku hanya ingin menutupi perasaanku. Aku bingung ketika menghadapi sikapnya yang keras. Sehingga aku tampak seperti musuh baginya. Pernah suatu hari kami jalan keluar, saat itu hujan turun. Aku pinjamkan jaketku dan saat itu aku bahagia paling tidak bisa melakukan hal yg tulus padanya sekalipun dia tidak menyadari itu.
        Dia perokok. Bisa dikatakan penggila rokok. 1 bungkus mungkin bisa dihabiskan dalam waktu satu jam atau bahkan tidak sampai. Dan aku melarangnya. Bukan dia balas dengan baik justru malah aku dianggap mengatur hidupnya. Seharusnya dia sadar bahwa aku melarangnya karena aku peduli. Dan satu hal yg harusnya dia tau, aku tidak pernah melarang siapapun merokok kecuali orang itu penting bagiku. Karena aku tidak ingin sesuatu terjadi padanya. Ya... mungkin aku berlebihan! toh aku bukan siapa-siapa baginya.
        Sahabatku, aku tidak percaya pada cinta. Dan aku tidak tau apakah saat ini aku jatuh cinta sehingga memikirkanya saja aku meneteskan air mata. Setiap hal yang berhubungan dengannya sangat sulit aku lupakan. Aku ingin sekali berjumpa dengannya. Aku sangat merindukannya. Sahatbatku, Kau tau kan? Aku ini memiliki prinsip yang teguh. Aku tidak peduli orang mengatakan aku ini keras, egois, besar gengsi. Tapi aku meruntuhkan itu semua demi dia. Aku rela menghubungi dia duluan, bahkan aku mengajaknya untuk bertemu dengan alasan butuh bantuan. Sayangnya dia menolak. Bodoh banget kan??? Sudah menurunkan harga diri dengan susah payah, malah diabaikan.
        BENCI. Ya, seharusnya aku benci setelah apa yang aku terima darinya. Tapi apalah dayaku, tak sedikitpun aku benci sekalipun terselip kekecewaan dihatiku. Inginku hanya berjumpa dengannya dan melihat mata tajamnya. Apakah aku bisa bertemu dengannya????? 
         Sahabatku, sudah pukul 2 malam. Saatnya aku tidur, nanti kita sambung kembali.
        
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar