Pagi
yang cerah, mentari menyapa dengan senyuman. Kay berjalan menyelusuri
perkebunan ubi, wajah yang biasa tanpa rona bahagia. Setiap hari Kay berangkat
sekolah sendiri, sedih senang hanya ia dan Tuhan yang mengetahui. Namun berbeda
pada saat itu, seorang cowok menyapanya dengan ramah. Mereka satu sekolah dan
satu angkatan, hanya di bedakan kelas, kebetulan ruang kelas mereka sampingan
sehingga membuat komunikasi mereka semakin lancar.
Sejak
kejadian itu, Kay tidak lagi sendiri. Bintang (nama itu cowok) telah menjadi
teman dekat Kay. Pulang pergi mereka selalu bersama. Banyak cerita antara
mereka, perbedaan menjadi penyatu bagi mereka. Kay tak pernah menyangka akan
mendapat teman seperti Bintang.
“Kay,
entar kapan-kapan gue kenalin lo sama cewek gue mau kan?” kata Bintang ketika
mereka sedang berjalan menuju sekolah.
Sesaat
Kay diam tak percaya, semua hal Bintang berani ceritakan padanya, seolah tak
ada ruang batas antara mereka, kini Bintang mau mengenalkan diri Kay pada
pujaan hatinya. “Boleh Bin! Dengan senang hati” jawab Kay lalu tersenyum.
Mereka
terus berjalan, banyak hal yang mereka perbincangkan. Perkebunan dan
perkampungan yang mereka lewati seolah menjadi saksi persahabatan mereka.
Terima kasih Tuhan,
Engkau telah kirimkan dia,
Engkau beri aku teman sebaik dia
Dia yang tersenyum tulus padaku,
Dia yang senang berbagi padaku,
Dia yang bersedia menjadi tempat
keluhku
Kay
tak mampu menahan haru bahagianya, kesepian yang selama ini ia rasa, sirna
dengan hadirnya Bintang. Bintang seperti bintang di langit, mewarnai,
mempercantik, menemani bulan yang sendiri dalam kelam malamnya.
*****
Satu bulan lebih berlalu, cerita
persahabat terangkai begitu indah oleh mereka. Suka dan duka, tangis dan tawa,
panas dan hujan mejadi saksi ketulusan.
“Kay kalo gue mati, jangan lupain
gue ya!” kata Bintang memecahkan keheningan.
“Kok lo ngomong gitu sih? Gue tu gak
akan ngelupain lo sampe geu mati malah. Lo kan temen baik gue.” Jawab Kay
santai tanpa mengartikan makna ucapan Bintang.
“Hhehe (Bintang tetawa kecil), sama
Kay gue juga gak akan ngelupain bahkan ninggalin lo” sambung Bintang meyakini
Kay.
“Kalo lo mati, kubur aja deket rumah
gue, jadikan gampang buat ketemu lo! (hhehe..)”
“Dan sebaliknya Kay, kalo lo yang
mati, lo dikuburin deket rumah gue”
Mereka
kompak tertawa. Cerita seolah tak ada habisnya bagi mereka, sepanjang
perjalanan pulang dan pergi sekolah bahkan di telfon ada aja yang mereka
obrolin.
Tiba waktunya semua terasa berbeda
bagi Kay. Bintang jarang sekolah dan jarang menelfonnya. Ketika Kay menghubungi
lewat telpon pasti berbagai alasan terdengar, entah itu Bintang main bola,
keluar, main gak tau kemana, tidur dan sebagainya. Kay merasa kehilangan sosok
Bintang yang dulu selalu bersamanya.
Mungkin aku tiada arti bagimu,
Kesempurnaan jauh dariku
Tapi taukah? begitu berartinya kau dimataku
Engkau sang penyejuk jiwa,
Bintang yang indah memberi
kedamaian dalam suka cita
Kay
meneteskan air mata, betapa ingin ia menatap kemabli mata tajam sang Bintang,
senyum tawa yang tulus.
Kay bertemu Bintang di kantin, Kay
tersenyum mengisaratkan betapa ia merindukan sosok Bintang. Namun bukan seyum
kembali yang ia dapat melainkan tatapan sinis penuh benci. Kay tak mengerti
kenapa bisa terjadi semua ini, karena rasa ketidak adilan Kay menarik tangan
Bintang.
“Apa-apaan lo?” tanya Bintang sambil
menghempaskan genggaman Kay. “lo gak malu dilihat orang tadi”. Kata Bintang
ketika mereka sudah cukup jauh dari keramaian.
Kay mencoba menguatkan diri untuk
barkata meski sebenarnya ia tak mampu. Rasanya ingin menagis sekuat mungkin
dihadapan Bintang, agar Bintang sadar betapa ia kehilangan. Kay menarik nafas
kemudian, “Kalo gue punya salah gue minta maaf. Gue pengen nanya kenapa lo
kayak gini, tapi kayaknya itu sia-sia. Gue lebih memilih untuk mengintroveksi
diri dari pada gua harus bertanya alasan. Maaf kalo lo ngersa risih dengan kejadian
tadi.” Kay pergi meninggalkan Bintang sendiri.
Kay kembali menghabiskan waktunya
sendiri, ia kembali seperti dulu lagi. Tetap semangat sekalipun ia merasa lemah.
Gue bakal anggep lo Cuma angin yang
kebetulan mengahmpiri gue cukup lama, sehingga kesejukan terasa dan kini sudah
berlalu.
*****
Jam instirahat datang, Kay sangaja memilih tidak kekantin
dan duduk di bawa pohon sendiri.
“Maafin
gue Kay” terdengar suara dari belakang Kay. Kay melihat dan kemudian sosok itu
sudah mengabil posisi duduk di sampingnya. Mereka diam sejenak menatap lurus
apa yang ada di depan. “gue yang salah Kay, gak seharusnya gue diemin lo kayak
gini” sambung Bintang.
Kay
hanya diam, seoalah tak ada sesuatu yang didengarnya. Bintang kembali
mengajaknya berbicara namun satu katapun tak keluar dari mulut Kay sampai bel
masuk berbunyi. “Jaga diri lo baik-baik Kay, gue yakin lo cewek yang hebat dan
kuat” kata terakhir Bintang kemudian pergi kembali ke kelas.
Kata terakhir Bintang terus menggelinang di
pikiran Kay “JAGA DIRI LO BAIK-BAIK KAY, GUE YAKIN LO CEWEK YANG HEBAT DAN
KUAT”. Dalam hati Kay bertanya apa maksud ucapan Bintang tadi. “Besok gue bakal
temui Bintang dan tanya apa maksudnya ngomong gitu? Atau mungkin dia emang gak
mau lagi jadi temen deket gue” bisik hati Kay.
Bel
istirahat berbunyi, Kay sengaja langsung menuju kelas Bintang. Tapi dilihatnya
Bintang gak ada. “Bintang mana ya?” tanya Kay pada salah satu anak kelas
Bintang.
“Bintang
gak masuk Kay, bukannya kalian temen deket masa gak tau sih? Sekarang Bitang udah
jarang masuk sekolah. Katanya sih sakit tapi gak tau sakit apa.” jelasnya
“Bukannya kemarin dia sehat-sehat aja, dia sempet ngobrol
sama gue” kata Kay tak percaya.
“Kalo soal itu gue juga bingung, tapi kata Febri misalnya
besok Bintang masih gak masuk, kita bakal jenguk kerumah”
“Owh.., thanks ya” jawab Kay kemudian kembali ke kelas.
Kay semakin penasaran, pikirannya kacau.
Kay memutuskan pulang sekolah langsung kerumah Bintang
sekalipun ini hal pertama. Kay sama Bintang memang dekat sekali, tapi bukan
berarti mereka sering main kerumah satu sama lain.
*****
Setiba Kay di rumah Bintang, seorang cewek berparas
anggun menyapanya dengan ramah. Mungkin ini kakak perempuan Bintang, yang pernah
ia ceritakan pada Kay.
“Temen Bintang ya dek?” tanyanya.
“Ia kak, Bintangnya ada?” Kay tidak sabar ingin bertemu
Bintang.
“Emang gak tau dek, Bintang masuk rumah sakit semalem.
Kalo mau jenguk sekarang bareng aja sama kakak sekalian” tawarnya.
Tanpa malu-malu, Kay menganggukan kepala.
Sampai di rumah sakit, tepatnya di ruangan dimana Bintang
tebaring lemah Kay melihat mata sang ibu sembab, sepertinya habis menangis.
Namun di balik kesedihannya ia menerima salam Kay dengan ramah bahkan menyuruh
Kay duduk di sampingnya.
“Ini Kay bun” kata kakak Bintang ketika Kay duduk. Kay
terkejut kok bisa kakaknya Bintang tau padahal ini pertama kalinya bertemu.
“Bintang pernah cerita soal pacar dan temen deketnya.
Kalo pacarnya dulu sering main kerumah, tapi kok Kay gak pernah?” tanya sang
Bunda pada Kay.
Kay
tersenyum lalu, “Iya tante, maaf ya” jawab Kay. Di mata Kay terselip kesedihan
begitu dalam, ingin rasanya ia menangis, namun ini bukan waktu yang tepat justru
akan menambah kesdihan keluarga Bintang khususnya bunda. Kay mengetahui
penyakit Bintang baru hari ini, kak Vivin memberi tau saat menuju rumah sakit.
“Bintang mengidap paru-paru basah sejak kecil” kata kak Vivin ketika Kay
bertanya sakit apa Bintang. “sekarang kodisinya semakin parah” sambungnya lagi.
“Kakak
nemenin bunda ke apotik dulu ya, gak papa di tinggal bentar?” tanya kak Vivin
ketika bunda berjalan ke luar.
“Iya
gak papa koq kak” jawab Kay. Langkah itu semakin terdengar jauh. air mata Kay
berlahan jatuh hingga tak mampu ia tahan lagi. Kay menangis sekaligus mengajak
Bintang berbicara.
“Sadar
Bin! Lo gak boleh lemah. Lo pernah janji sama gue lo gak akan ninggalin gue.
Gue bukan cewek yang kuat tanpa lo, gue bukan cewek yang hebat tanpa lo. Sadar
Bin! Sadar” Kay terus menjerit dan menangis. Tanpa Kay sadari kak Vivin dan
bunda sudah berada di ambang pintu. Mungkin bunda dan kak Vivin mendengar
tangis keluh Kay. Bunda berjalan ke arah Kay dan merangkulnya dengan penuh
kasih.
“Bunda
juga merasakan hal yang sama Kay, kita harus sabar” kata bunda kemudian
menangis.
*****
Tuhan
Baru
aku merasakan indahnya persahabatan
Tulusnya
kasih dan sayangnya
Dan
kenapa kini engkau biarkan dia terbaring lemah
Tuhan
Karenanya
aku bahagia
Karenanya
aku mengerti arti persahabatan,
Kesetiaan,
kepercayaan
Di
tengah lingkaran noda dosaku
Aku
lantukan doa tulus permohonan padamu
Sembuhkanlah
dia!
Kembalikanlah
dia seprti engkau kemarin memberikannya padaku
Tuhan
Air mata Kay seolah tak
pernah habis, setiap hari ada waktu dimana air matanya tak mampu ditahan untuk
seorang Bintang.
Tiba-tiba terdengar pengumuman dari ruang informasi
sekolah bahwa “BINTANG ANANDA FIRMANSYA MENINGGAL DUNIA”. Bintang telah
meninggal, bintang telah pergi untuk selamanya. Kay manangis terus menangis, ia
tak peduli apa yang akan orang katakan. Tapi semua tau Kay begitu dekat dengan
Bintang sehingga mengerti perasaan Kay.
“Sabar Kay” kata Anita teman sebangku Kay yang kemudian
memeluknya. Kay dapat izin pulang menemui Bintang di temani Anita dan teman satu
kelas Bintang. Di sepanjang perjalanan air mata Kay terus mengalir, Anita
merasa iba, Kay yang ia tau selama ini tak pernah menangis dan kuat kini tampak
lemah.
Setiba di rumah duka Kay langsung memeluk Riszha yang
sekarang mantan pacar Bintang, kemudian kak Vivin dan bunda. Mereka bertiga lah
yang paling terlihat terpukul elain Kay. Sore hari setelah Bintang di makamkan,
Riszha memberikan sepucuk surat dari Bintang. “Bintang nitip ini buat lo Kay”.
Kay menerimanya kemudian kembali menangis dipelukan Riszha.
“Bintang sayang banget sama lo Kay, bahkan dia lebih milih lo ketimbang gue
pacarnya” air mata Riszha kembali menetes. Riszha sempet kecewa pada Bintang
saat mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka yang hampir setahun,
bahkan ia sempet bilang sangat membenci Kay. Karena Kay hubungan mereka hancur,
tapi Riszha sadar tak seharusnya ia cemburu dan benci pada Kay. Benar kata
Bintang, Kay cewek yang lugu, tulus, baik, perhatian, dan setia kawan.
*****
Satu minggu telah berlalu sepeninggalan Bintang. Kay
masih dalam keadaan duka, rasa kehilangannya begitu dalam mengiris batinnya.
Saat pulang sekolah ditengah perjalanan Kay kembali meneteskan Air mata. Ia tak
percaya terlalu singkat semua yang ia lalui besama Bintang.
Kenapa
lo dateng? kalo pada akhirnya lo bakal ninggalin gue untuk selamanya
Apa
masih bisa gue berharap waktu bisa diputar dan lo masih disini bersama gue
Sampai
saat ini gue gak bisa terima lo pergi Bin
Gue
masih pengen habisin waktu sama lo
Satu
bulan kita kenal, lo udah buat warna baru dalam kehidupan gue
Selama
ini gue gak punya temen berbagi
Tapi
sama lo, gue bisa berbagi dengan mudah
Lo
yang selalu ada buat gue
Apakah
bisa gue menerima semua ini dengan mudahnya Bin?
Bin
kalo lo denger gue, gue pengen lo tau kalo gue juga sayang sama lo
Lo
jahat udah ninggalin gue sendiri padahal lo janji gak akan ninggalin gue
Di
rumah Kay langsung berlari masuk kamar, Kay membuka laci dan mengambil sepucuk
surat yang Riszha kasih di pemakaman Bintang.
Sebelum Kay membukanya, ia mengabil binder yang ada biodata Bintang
beserta photonya, di liahatnya mata tajam sang Bintang dengan senyum manisnya
yang menggoda kaum wanita. “Lo emang keren Bin” ucap Kay.
Gak yangka gue bisa kenal sama cewek kayak lo Kay
Udah lugu, bawel, keras kepala lagi
Tapi buat gue lo temen terbaik yang pernah gue miliki
Karena lo, gue tau arti persahabatan, kesetiaan, ketulusan
tanpa melihat perbedaan.
Kay, gue sayang banget sama lo
Mungkin pada saat lo baca surat ini, Riszha udah ngomong
duluan kalo gue lebih milih lo ketimbang dia.
Gue sempet heran, koq Riszha bisa cemburu sama lo
Hhehehe.. (tau sendiri lo gimana) hhehehe.. peace
Kay kembali menangis .
Kay lo tu jadi orang jangan minder dong!
Lo tu gak kalah lagi
dari mereka
Contohnya cowok seganteng gue mau tu deket ama lo bahkan
sayang banget sama lo J
Jadi lo mesti percaya diri
Panjang ni surat gue,
Habis kalo gue ngomong langsung gue takut lo marah
Lo kan suka marah-marah sama gue
Tapi gak papa, gue
tetep sayang koq J
Kay, sekarang gue udah gak bisa lo lihat
Tapi percayalah disini gue masih melihat lo
Gue masih mendoakan lo
Jadi lo harus Semangat
OK!!!
Inget pesen gue, jaga
diri lo baik-baik dan gue yakin lo cewek yang hebat dan kuat.
I Will Always to become your friends forever.
Kisah bersama Bintang
telah menjadi kenangan buat Kay, namun selamanya Bintang adalah bintang di hati
Kay.
Gue
kangen tawa lo
Gue
kangen marah lo
Gue
kangen ejekkan lo
Gue
kangen semua tentang lo Bin
Tapi
gue janji, bakal berusaha ikhlas
ngelepas kepergian lo,
Dan
gue yakin Tuhan bakal kasih tempat terindah untuk orang sebaik lo
Gue
bakal inget terus pesan lo, karena lo MY
BEST FRIEND FOREVER.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar